Demi masa

Selasa, 12 November 2013

Menulis dari Hati itu Membahagiakan.

Bukan bermaksud menggurui. Disini saya berusaha untuk berbagi sedikit mengenai dunia saya selama ini. Dan bukan sekedar menaklukkan tuntutan. Bagi saya, Menulis itubukan sekedar ungkapan hati yang sengaja dituang dalam aksara. Tetapi menulis itu bukan sekedar mengumbar isi hati atau bermaksud promosi. Menulis, telah menjadi kodrat manusia yang telah ada meski tak seragam bentuknya sebagai tanda, sinyal dan media pengganti lisan. Tanpa pengakuan sebenarnya, semua orang adalah Penulis, penulis bagi dirinya, penulis bagi kisah hidupnya, penulis bagi kebanyakan orang akan keterkaitan cerita-cerita yang dijalaninya. Jika kebanyakan orang tertarik akan penampilan luar yang menarik simpati dan berbagi melalui alunan lagu, kelincahan dalam bercakap, atau beradu acting , saya berusaha untuk menjadi sekat yang membatasi hal itu untuk lebih bahagia memilih dunia dibalik cover buku tanpa batas dan bebas berekspresi menggurat kerangka – kerangka hidup hari ini, kemarin, ataupun besok dengan taburan permohonan hati untuk menjadi lebih baik.
Dunia inilah, dimana saya bisa mengoreksi diri dan merintis imajinasi. Dunia yang dianggap sebagian orang hal sepele, tapi disinilah saya tahu, meski sepele saya bisa bahagia. Berkeliling dibawah perintah otak dan hati, berusaha menapakkan jejak dalam kisah. Sedih, bahagia, haru, gembira, keraguan, keinginan, impian dan permohonan seakan menjadi teman yang selalu hadir dalam kehidupan saya, dan tak ingin jika mereka pergi sia-sia tanpa rasa, seperti inilah saya dulu dibentuk dari beragam rasa dan berakhir cipta. 
Tak pernah terbesit apa itu dunia menulis. Yang terpenting sejauh manakah kita berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain melalui goresan tangan yang memotivasi. Melalui dunia inilah saya berusaha mengait sedikit demi sedikit warisan dari sang ibu yang dulunya seorang puitis, indah mengeja meski hanya sebuah kata. Jika saat ini saya masih belum mampu berucap spontan apa yang sebenarnya ingin saya utarakan, dunia inilah yang sigap merangkul saya.
Waktu itu, saya coba meredam maksud hati dengan menulis catatan harian, meski butuh kesabaran hal itu bukanlah masalah. Jika kita menulis dari hati akan sampai juga ke hati setelah  membaca ulang, coretan apa yang hari itu terjadi. Beragam ekspresi sudah tak terdefinisi lagi jika saya membaca takdir yang telah terjadi dan yang terlewati.
            Membuat raut wajah orang lain mendadak girang, tersenyum, terperanjat, terharu, keheranan  dan bertindak lebih baik adalah konsekuensi  dari sebuah tulisan sederhana bagi saya.  sang pengelana mimpi. Kalau dunia ini dulu berprivasi “hanya saya” ingin rasanya mengubah privasi itu untuk “publik”, namun dengan tatanan yang lebih baik, rapi dan sesuai kaidah. Untuk sementara ini, saya mulai membuka celah pintu dunia itu dengan menyumbangkan sedikit majas-majas dalam rangkaian sebuah puisi. Bersama ribuan sang pemimpi lainnya saya mencoba menyalurkan kata hati lewat tulisan penginspirasi. InsyaAllah…
Bagi saya, disinilah dunia yang sederhana, bebas  dan  mengingatkan kita untuk berbenah diri menjadi lebih baik.

            

0 komentar:

Posting Komentar